Friday, November 6, 2015

Diksi atau Pilihan Kata

PILIHAN KATA

          Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan ide atau gagasan. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, karena bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini membentuk kelompok kata, kalimat,atau pun wacana berdasarkan kaidah bahasa yang bersangkutan. 

       Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diindrai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. 

PENGUNAAN KATA

            Kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan untuk dapat menghasilkan penggunaan berbahasa yang baik, benar, dan cermat. Dalam penggunaan kata, yang terdiri atas bentuk dan makna, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. 
   Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau gagasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita memerlukan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan; kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

KETEPATAN PILIHAN KATA

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan /penggunaan kata, yaitu :
  1.  Kata yang bermakna denotatif dan konotatif 
  2.  Kata yang bermakna sama dan hampir sama
  3.  Kata yang umum dan kata khusus 
  4.  Kata yang mengalami perubahan makna
  5.  Kata dengan ejaan yang mirip
  6.  Kata ciptaan sendiri
  7.  Kata ungkapan atau idiom
  8.  Kata yang singkat dan tak singkat
KATA YANG BERMAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
  • Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Contohnya : Kata makan, dalam makna denotatif berarti memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
  • Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contohnya :  Kata makan, dalam makna konotatif berarti untung atau pukul.  
MAKNA KONOTATIF

Harus kita ketahui bahwa makna konotatif selalu berbeda dari zaman ke zaman, disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu.
Contohnya :
  • rumah gedung, wisma, graha
  • penonton pemirsa, pemerhati
  • dibuat dirakit, disulap
  • sesuai harmonis
  • tukang ahli, juru
  • pembantu asisten
  • bunting hamil, mengandung
  • mati meninggal, wafat
KATA BERSINONIM

Sinonim adalah dua kata lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata ini bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim ialah :
agung, besar, raya
mati, mangkat, wafat, meninggal
cahaya, sinyal
penelitian, penyelidikan.

KATA YANG BERMAKNA UMUM DAN KHUSUS

Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus.

Kata bermakna umum
     Contohnya : Ikan memiliki acuan yang lebih luas  daripada kata mujair atau tawes 
Kata bermakna khusus 
     Contohnya :  gurame, lele, tawes, dan  mas

GAYA BAHASA DAN IDIOM

GAYA BAHASA

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :
a)     Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
b)     Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c)     Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d)     Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e)     Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
f)      Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.


GAYA BAHASA BERDASARKAN PILIHAN KATA

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. 

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :

a.    Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyej-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945,
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan  Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. ...(selanjutnya)

b.    Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi  juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar. 
Contoh :
Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.

c.    Gaya Bahasa Percakapan

Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :
10
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan  dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkannya. .......(selanjutnya) 

IDIOM

Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.

sumber :



No comments:

Post a Comment