Sunday, December 27, 2015

Abstrak dan Daftar Pustaka

A. ABSTRAK

           "Abstrak" (abstract) merupakan sebuah elemen yang harus ada dalam semua jenis tulisan akademis, mis. artikel ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi. Sekadar informasi, jika Anda sedang mempersiapkan artikel ilmiah untuk jurnal, tanpa abstrak, artikel Anda kemungkinan besar akan ditolak. Atau jika beruntung, Anda akan dikontak oleh pengelola jurnal untuk harus melengkapinya dengan abstrak. Ini disebabkan salah satu item penilaian akreditasi jurnal adalah bahwa setiap tulisan yang terdapat di dalam jurnal tersebut mesti mengandung abstrak.

Fungsi Abstrak

           Fungsi abstrak adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat perihal hasil penelitian yang telah dibuat. Uraian yang hanya satu halaman tersebut memudahkan abstrak dimasukkan dalam jaringan internet. Hal ini dimaksudkan memudahkan anda mengetahui hasil penelitian tanpa harus membaca keseluruhan penelitian yang berlembar lembar. Sehingga abstrak membantu anda dalam mencari referensi dalam penelitian yang anda cari.

Jenis Abstrak

1. Abstrak Informatif
Merupakan abstrak dokumen yang terpenting, sangat umum, informasi kuantitatif dan kualitatif.
Ciri-cirinya : menyajikan hasil isi dan prinsip-prinsip dari hasil kerja (tujuan,metode), kesimpulan dari artikel asli secara jelas, untuk orientasi pembaca yang tidak dapat mengakses dokumen aslinya. Abstrak informative dibuat sesempurna mungkin namun tidak mengubah makna/isi dari dokumen/artikel aslinya. Sehingga abstrak ini lebih panjang daripada jenis abstrak lainnya. Biasanyamakalah/artikel majalah menghasilkan 100 hingga 250 kata,sedangkan laporan dan tesis sekitar 500 kata.

2. Abstrak Indikatif
Menunjukan isi sebuah artikel dan berisi pernyataan umum tentang sebuah dokumen, tanpa disertai informasi terperinci mengenai hasil tujuan serta data kuantitatif. Biasanya untuk dokumen diskusi, tinjauan literature, prosiding komerensi, dan esei.

3. Abstrak ulasan/kritis
Pengabstrak tidak hanya menjelaskan isi dari dokumen asli tetapi mengevaluasi/menilai, memberi pendapat dan dapat pula menganalisa kerjanya bahkan cara penyajiannya. (Cenderung memberikan komentar)

4. Abstrak pokok
Ditulis untuk menarik perhatian pembaca terhadap suatu dokumen, ditulis dengan sederhana, ringan dan tidak terlalau resmi (gambaran tidak lengkap). Abstrak ini lebih banyak ditulis oleh pengarang atau redaksi.

5. Abstrak terarah / miring
Dalam abstrak ini satu artikel/dokumen dapat dibuat lebih dari satu abstrak yang ditujukan pada bidang-bidang tertentu
6. Abstrak statistic/numeric
Menyajikan data dalam bentuk table/numeric. Abstrak jenis ini ringkas dan mudah dibaca banyak dipergunakan untuk memproyeksikan kecenderungan pertumbuhan penduduk, pasar, konsumsi.(Data ekonomi, social dan pemasaran).

7. Abstrak Informatif- Indikatif
Perpaduan abstrak informative dan indikatif. Sebagian dari abstrak ditulis dalam gaya informative, sedangkan aspek dokumen yang kurang penting ditulis dalam gaya indikatif.

8. Abstrak Mini
Merupakan abstrak yang menguatkan judul dokumen yang diabstrak., tidak membuat analisis dengan penulisan yang sangat cepat, judul artikel sebagai alat pemberitahuan bagi pembaca.

Tips Membuat Abstrak

Membuat abstrak tidaklah mudah, namun juga bukan merupakan hal yang menakutkan. Ada beberapa tips khusus untuk anda dalam membuat abstrak, sehingga dapat terhindar dari kesalahan yang sifatnya umum.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan abstrak.

1. Semua bagian harus seimbang. Jangan hanya menonjolkan hanya salah satu aspek saja, seperti judul saja atau penggunaan metode penelitian saja, tetapi mengulas hasil penelitian lebih ditekankan.
2. Pastikan penulisan abstrak menggunakan unsure 5W + 1H dengan lengkap.
3. Harus ada hubungan yang kohesif antar unsure penelitiannya. Harus ada benang merah dari hasil penelitian yang telah dibuat.
4. Pilihlah kata kunci yang sesuai dengan subjek dan objek penelitian yang telah dibuat.


B. Daftar Pustaka

              Daftar Pustaka adalah tulisan yang tersusun di akhir sebuah karya ilmiah yang berisi nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit dan tahun terbit sebagai sumber atau rujukan seorang penulis. Daftar Pustaka ada pada semua jenis karya tulis ilmiah seperti buku, skripsi, makalah, artikel dan sebagainya

Fungsi Daftar Pustaka

a.  Sebagai salah satu cara untuk memberikan berbagai referensi yang berhubungan bagi pembaca untuk melakukan sebuah kajian lanjutan maupun kajian ulang yang berhubungan dengan tema buku tersebut.
b.  Sebagai sebuah bentuk apresiasi terhadap penulis baik penulis buku maupun karya tulis atas karyanya yang telah memberikan manfaat dan peranan terhadap penulisan sebuah buku atau karya tulis.
Peran Daftar Pustaka

a.  Sebagai penggambaran dari sumber tulisan yang diperoleh
b. Sebagai peninjauan tentang pengetahuan, pengalaman, bahkan pertanggungjawaban penulis buku rujukan tersebut
c. Untuk mengantisipasi tuduhan plagiasi intelektual

Penulisan Daftar Pustaka yang diambil dari Buku


Unsur-unsur yang digunakan adalah:

a. Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
b. Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
c. Judul buku ditulis miring (italic) diikuti tanda titik (.)
d. Kota penerbit diikuti tanda titik dua (:)
e. Nama perusahaan penerbit diikuti tanda titik (.)

Contoh : Mustava Wijayakusuma. 2009. Mukjizat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Tulis nama penulis sesuai dengan huruf alfabet (A-Z).
b. Apabila nama penulis sama namun judul buku berbeda, maka dibawah nama diberi tanda garis panjang sebanyak 10 sekaligus mengurutkan tahun yang lama ketahun yang lebih baru.

Contoh: Mustava Wijayakusuma. 2009. Mukjizat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.
                 __________. 2010. Khasiat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.

c. Apabila mendapatkan buku dengan dua penulis, maka nama kedua penulis tersebut di tulis semua.

Contoh : Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

d. Jika nama penulis banyak (lebih dari satu orang), maka penulis utama yang dicantumkan kemudian diberi tanda koma dan diikuti dkk (dan kawan-kawan).

Contoh: Zuhdi, dkk. 2008. Cara Menulis Buku. Malang: Rena Press.

e. Jika penulis buku orang asing, maka penulisan namanya dibalik dan diikuti tanda koma. Hal ini dikarenakan nama asing meletakkan nama sendiri di belakang nama keluarga atau nama marga.

Contoh : Harrison, P. 1987. The Greening of Africa. Penguin Books: New York.

sumber : 

http://www.kompasiana.com/nararya1979/menulis-abstrak-pada-karya-tulis-akademis_54f35b437455139d2b6c72a7
http://delarochaa.blogspot.co.id/2014/01/abstrak-pengertian-fungsi-dan-jenis.html
https://iyano.wordpress.com/2011/05/03/abstrak/





                 

Perencanaan Penulisan Ilmiah

Pada tugas kali ini adalah membahas tentang perencanaan penulisan ilmiah, agar memudahkan untuk nantinya dalam pembuatan penulisan ilmiah yang akan dilaksanakan pada semseter 6. berikut ini adalah salah satu contoh penulisan ilmiah yang saya ambil dari library gunadarma  
Halaman Judul

               Judul hendaknya jelas, ringkas dan menggambarkan penelitiannya. Judul PI yang lengkap mencangkup subject matter, analisis, nama perusahaan/ lokasi/ daerah penelitian, dan tahun/ waktu/ periode yang diamati. Judul penelitian hendaknya cukup ekspresif yaitu menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak diteliti dan tidak membuka peluang untuk penafsiran yang bermacam-macam.

Lembar Pengesahan

              Berisi tentang halaman pengesahan modelnya bermacam-macam karena tidak hanya terfokus dalam satu format, yang terpenting dalam lembar pengesahan adalah tandatangan orang yang mengesahkan

Abstraksi

              Abstrak" (abstract) merupakan sebuah elemen yang harus ada dalam semua jenis tulisan akademis, mis. artikel ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi. Sekadar informasi, jika Anda sedang mempersiapkan artikel ilmiah untuk jurnal, tanpa abstrak, artikel Anda kemungkinan besar akan ditolak. Atau jika beruntung, Anda akan dikontak oleh pengelola jurnal untuk harus melengkapinya dengan abstrak. Ini disebabkan salah satu item penilaian akreditasi jurnal adalah bahwa setiap tulisan yang terdapat di dalam jurnal tersebut mesti mengandung abstrak.

Daftar Isi

            Indeks dari suatu tulisan atau buku, agar pembaca lebih mudah dalam menemukan topik yang ingin di baca.

Daftar Gambar, Daftar Tabel

            merupakan daftar yang berisi indeks gambar dan tabel

BAB I - Pendahuluan

           didalmnya terdapat latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan. sehingga akan didapatkan topik apa yang akan dibahas selanjutnya

BAB II - Landasan Teori

              Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep, serta propisisi yang telah disusun dengan rapi serta sistematis tentang variabel­variabel dalam sebuah penelitian. Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu, dalam sebuah penelitian akan dihasilkan sebuah teori baru yang valid serta solid.

        Dalam sebuah penelitian, teori memiliki fungsi yang amat mendasar dalam pelaksanaan langkah­langkah serta proses penelitian. Apalagi pada penelitian kuantitatif, landasan teori bisa menjadi komponen penting yang dapat menentukan validitas serta keilmiahan penelitian. Pada penelitian kualitatif, landasan teori hanya bisa menjadi sebuah pertimbangan atau penentu apakah penelitian tersebut perlu dilakukan ataukah tidak

BAB III - Analisis dan Pembahasan Masalah

         Salah satu langkah paling penting dalam penelitian adalah penentuan permasalahan. Pemecahan (problematic) adalah suatu penelitian lebih dititik beratkan pada sesuatu yang dipermasalahkan sehingga harus dibedakan dengan permasalahan (subjec). Pada waktu berbicara tentang “Kinerja Polisi” berarti berbicara tentang suatu permasalahan, tetapi berbicara tentang “mengapa terjadi kemerosotan Kinerja Polisi” adalah sesuatu permasalahan yang memerlukan pemecahan. Satu hal yang harus disadari ialah bahwa pada hakikatnya suatu permasalahan tidak pernah berdiri sendiri dan terpisah dari faktor-faktor lain. Permasalahan dapat merupakan variabel yang menjadi tema pokok penelitian, dapat pula berupa kasus yang menjadi fokus suatu penelitian. Suatu variabel atau suatu kasus akan diangkat menjadi permasalahan penelitian jika terjadi kesenjangan antara kenyataan dan seharusnya dari variabel atau kasus tersebut.

BAB IV - Penutup

        Berisi tentang kesimpulan dan saran dari seluruh permasalahan yang dibuat dalam penelitian ilmiah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

           Daftar Pustaka adalah tulisan yang tersusun di akhir sebuah karya ilmiah yang berisi nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit dan tahun terbit sebagai sumber atau rujukan seorang penulis. Daftar Pustaka ada pada semua jenis karya tulis ilmiah seperti buku, skripsi, makalah, artikel dan sebagainya.  

sumber :





Friday, November 6, 2015

Paragraf atau Alinea

A.    Definisi Paragraf atau Alinea

      Paragraf atau alinea merupakan bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru). Namun, pengertian paragraf yang mendasar dapat berupa karangan mini. Artinya, semua unsur  karangan yang panjang ada dalam paragraf.

     Paragraf dapat pula didefinisikan sebagai satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut,logis, dalam satu kesatuan ide yang tersususun secara lengkap,utuh dan padu.

      Menurut Rofi’udin (1998) paragraf dapat diamati dari dua segi, yakni segi isi dan segi struktur. Segi isi, Paragraf merupakan suatu pernyataan tentang suatu pokok pikiran atau ide pokok yang dikemukakan secara utuh dan lengkap. Segi struktur, paragraf merupakan sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan dirangkaikan dalam urutan yang teratur dan jelas.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disederhanakan bahwa paragraf sebagai suatu susunan kalimat yang berhubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain yang menyajikan pikiran pokok (ide pokok).[1]

B.     Jenis – Jenis Paragraf

Macam –macam  paragraf atau alinea berdasarkan letak kalimat utamanya.

1.      Deduktif : kalimat utama atau gagasan pokok pikiran berada di awal alinea. Contoh :
 Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Belajarlah mulai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapt dilakukan dengan cara menjawab soal-soal dibuku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari dibuku.

2.      Induktif : kalimat utama atau ide pokok berada di akhir paragraf. Contoh :
 Dengan berkembangnya teknologi komunikasi melalui televisi, waktu anak-anak membaca buku sangat berkurang. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa televisi menyala rata-rata selama tujuh seperempat jam setiap hari. Padahal seorang dokter spesialis anak dan pakar peneliti dalam bidang perkembangan anak dari Universitas Harvard, dr. Berry Brazelton, mengemukakan bahwa satu jam merupakan batas menonnton maksimal bagi anak-anak usia lima sampai enam tahun. Lebih dari satu jam, tayangan-tayangan televisi menjadi semacam racun yang mereduksi kemampuan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah. Oleh karena itu, hal yang sangat diperlukan dalam membaca buku, selain ketersediaan buku, ialah waktu.

3.      Deduktif-Induktif (campuran) : kalimat utama atu ide pokok berada di awal dan akhir paragraf. Contoh : Saat ini Indonesia sedang berusaha membangkitkan perekonomiannya. Banyak usaha yang dilakukan, mulai dari menekan jumlah barang import yang mengalahkan pemakaian barang lokal. Pemerintah juga meluaskan lapangan pekerjaan, agar sumber daya manusia (SDM) dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembangunan Negara. Bagia pelaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sangat merugikan perekonomian Negara tentunya akan diberikan sanksi tegas. Karna yang kita ketahui Indonesia terpuruk akibat KKN yang terjadi di segala institusi. Oleh karena itu, dengan usaha yang dilakukan sekarang diharapkan Indonesia dapat membangkitkan perekonomiannya.

Macam-macam paragraf atau alinea berdasarkan tujuannya.

1.     Alinea pembuka

      Alinea yang diletakkan pada awal wacana disebut alinea pembuka, apapun bentuk wacana itu. Alinea pembuka ini disebut teras,lead atau intro. Mengingat letaknya,teras di tunjukkan seagai pengantar gagasan si penulisnya. Rumusan alinea pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah wacana atau karangan.

Contoh : Sore itu, di tepi jalan depan stasiun poma bensin di warung Buncit, Mampang, Jakarta Selatan ,sesosok mayat pria muda tampak terbujur. Bajunya koyak-moyak. Wajahnya lebam seolah habis dipukuli. Dan, matanya yang setengah terbuka masih memancarkan kebencian yang dalam,entah karena apa. Sebuah dompet yang telah kosong tergeletak disisinya.

2.      Alinea isi

      Alinea isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, alinea isi merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah alinea isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis. Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah paragraf isi yang dapat dijadikan pedoman, yaitu :

  Pola Urutan Waktu : Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan gagasan-gagasannya secara kronologis.
  Pola Runtutan Tingkat : Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan gagasan mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar, dan sebagainya.
  Pola Urutan Apresiatif : Pada pola urutan apresiatif. Penulis mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah benar, berguna tidak berguna, dan sebagainya
  Pola Urutan Tempat : Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ketempat lainnya, misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan urutan berdasarkan tingkat pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting ke tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting.
  Pola Urutan Klimaks : Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan tingkat. Hanya saja, dalam pola urutan klimaks ini terkandung adanya intensitas yang semakin menaik, sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi, dalam pola urutan klimaks, penulis mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling intens.
  Pola Urutan Antikimaks : Pola urutan antiklimaks ini merupakan kebalikan dari pola urutan klimaks. Jadi, pola urutan antiklimaks ini berangkat dari suatu yang paling intens menuju ke yang intens sampai ke yang kurang intens. Dalam cerita rekaan (novel, cerpen, drama), klimaks dan antiklimaks, dan setelah sampai pada puncaknya menuju ke antiklimaksnya yang berupa penyelesaian.
  Pola Urutan Khusus Umum : Dalam pola urutan khusus ke umum ini, penulis mula-mula mengungkapkankan gagasan-gagasan suatu hal yang khusus, kemudian diungkapkan keumuman atau rampatan generalisasinya.
  Pola Urutan Sebab – Akibat : Dalam pola urutan ini, penulis mengungkapkan gagasannya bertolak dari suatu akibat atau efek terdekat dari pernyataan itu.
  Pola Urutan Tanya – Jawab : Dalam pola urutan tanya- jawab ini, penulis mula-mula mengemukakan gagasannya dalam bentuk pertanyaan, kemudian diikuti dengan jawaban pertanyaan itu.

Macam-macam paragraf berdasarkan isi.

1.      Eksposisi

        Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi. Contoh: Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.

2.      Argumentasi

      Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti. Contoh: Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

3.      Deskripsi

        Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut. Contoh: Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.

4.      Persuasi

          Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.Contoh: Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.

5.      Narasi

          Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.Contoh: Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.

C. Syarat Paragraf

1.     Kesatuan
yaitu semua kalimat dalam paragraf  itu secara bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.

2.      Koherensi
 yaitu kepaduan atau kekompakan hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut. Kepaduan kalimat dalam suatu paragraf dapat dijalin dengan penanda hubungan, baik penanda hubungan eksplisit maupun implisit.

3.      Pengembangan
 yaitu pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung.

4.      Efektif
yaitu disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bisa tersampaikan dengan tepat.


D.  Bagian Penting Paragraf

            Disetiap alinea pasti ada kalimat yang saling berhubungan dengan kalimat lainnya. Maka pada saat melakukan penulisan, kita harus memiliki dua buah kalimat penting yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas.

1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf.

2,  Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

D.    Fungsi Paragraf atau Alinea

a.       Mengekspresikan gagsan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan kedalam serngkaian kalimat yng tersusun secara logis dalam satu kesatuan

b.      Menandai peralihan (pergantian gagasan baru bagi karngn yng terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf  berarti ganti pokok pikiran )

c.   Memudahkan pengorganisasian gagsan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya

d.      Memudahkan mengembangkan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil

e.       Memudahkan pengendalian variabel terutama karngan yang terdiri atas beberapa variabel.

E.     Unsur yang Terkandung pada Alinea atau Paragraf

Alinea adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca,alinea harus tersusun secara logis-sistematis.Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea,seperti transisi (transition),kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang (development sentence),dan kalimat penegas.

a.       Transisi
Transisi berrti penghubung.,yakni dalam pragraf hendaknya mempunyai kata transisi. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu,menyatu, dan utuh.

a.       Kalimat Utama atau Kalimat Topik
merupakan dasar dari pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf.

b.      Kalimat penjelas
merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas.

sumber :

Kalimat Efektif

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B.   UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.      Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.       Ayahku  sedang melukis.
b.      Meja direktur besar.
c.       Yang berbaju batik dosen saya.
d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.       Membangun jalan layang sangat mahal.

         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

        Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. 

Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.         Di sini melayani obat generic.
c.          Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2.      Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

a.    Kuda meringkik.
b.    Ibu sedang tidur siang.
c.    Putrinya cantik jelita.
d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.    Kucingku belang tiga.
f.     Robby mahasiswa baru.
g.    Rumah Pak Hartawan lima.

          Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

          Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.       Bandung yang terkenal kota kembang.

    Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3.      Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a.       Nurul menimang …
b.      Arsitek merancang …
c.       Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a.       Nenek mandi.
b.      Komputerku rusak.
c.       Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4.      Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.
       S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
            S                    P            Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

        S                     P               O

        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
        Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.      Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

         Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

C.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:

1)      Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

*      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
*      Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

*      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
*      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2)      Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:
a.   Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3)      Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
*      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

*      Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

*      Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

*      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

*      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

4)      Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

*    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

*   Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a.       Ia memakai baju warna merah.
b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi

a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

*      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.       Dia hanya membawa badannya saja.
b.      Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.      Dia hanya membawa badannya.
b.      Sejak pagi dia bermenung.
*      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.


5)      Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

·         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.


6)      Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.


7)      Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.


D.   SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.


E.   STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF

Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.    Buat Papa menulis surat saya.
2.    Surat saya menulis buat Papa.
3.    Menuis saya surat buat Papa.
4.    Papa saya buat menulis surat.
5.    Saya Papa buat menulis surat.
6.    Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

sumber :

Diksi atau Pilihan Kata

PILIHAN KATA

          Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan ide atau gagasan. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, karena bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini membentuk kelompok kata, kalimat,atau pun wacana berdasarkan kaidah bahasa yang bersangkutan. 

       Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diindrai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. 

PENGUNAAN KATA

            Kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan untuk dapat menghasilkan penggunaan berbahasa yang baik, benar, dan cermat. Dalam penggunaan kata, yang terdiri atas bentuk dan makna, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. 
   Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau gagasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita memerlukan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan; kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

KETEPATAN PILIHAN KATA

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan /penggunaan kata, yaitu :
  1.  Kata yang bermakna denotatif dan konotatif 
  2.  Kata yang bermakna sama dan hampir sama
  3.  Kata yang umum dan kata khusus 
  4.  Kata yang mengalami perubahan makna
  5.  Kata dengan ejaan yang mirip
  6.  Kata ciptaan sendiri
  7.  Kata ungkapan atau idiom
  8.  Kata yang singkat dan tak singkat
KATA YANG BERMAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
  • Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Contohnya : Kata makan, dalam makna denotatif berarti memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
  • Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contohnya :  Kata makan, dalam makna konotatif berarti untung atau pukul.  
MAKNA KONOTATIF

Harus kita ketahui bahwa makna konotatif selalu berbeda dari zaman ke zaman, disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu.
Contohnya :
  • rumah gedung, wisma, graha
  • penonton pemirsa, pemerhati
  • dibuat dirakit, disulap
  • sesuai harmonis
  • tukang ahli, juru
  • pembantu asisten
  • bunting hamil, mengandung
  • mati meninggal, wafat
KATA BERSINONIM

Sinonim adalah dua kata lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata ini bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim ialah :
agung, besar, raya
mati, mangkat, wafat, meninggal
cahaya, sinyal
penelitian, penyelidikan.

KATA YANG BERMAKNA UMUM DAN KHUSUS

Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus.

Kata bermakna umum
     Contohnya : Ikan memiliki acuan yang lebih luas  daripada kata mujair atau tawes 
Kata bermakna khusus 
     Contohnya :  gurame, lele, tawes, dan  mas

GAYA BAHASA DAN IDIOM

GAYA BAHASA

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :
a)     Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
b)     Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c)     Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d)     Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e)     Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
f)      Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.


GAYA BAHASA BERDASARKAN PILIHAN KATA

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. 

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :

a.    Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyej-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945,
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan  Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. ...(selanjutnya)

b.    Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi  juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar. 
Contoh :
Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.

c.    Gaya Bahasa Percakapan

Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :
10
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan  dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkannya. .......(selanjutnya) 

IDIOM

Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.

sumber :



Sunday, October 18, 2015

Membuat Garis Vertical, Horizontal dan Diagonal pada Dev C++ Menggunakan Library OpenGL

Firman Fajar Kurniawan
13113514
3KA26

Saya menggunakan program Dev C++ versi 5.11

Buka Dev C++ kemudian : File>>New>>Project. setelah itu akan muncul Menu :


Pilih Multimedia lalu OpenGL kemudian beri Nama dan OK, selanjutnya pilih dimana project ingin disimpan lalu klik, Save
-------------------------------------------------------------------------
Setelah disimpan, program langsung akan membuka lembar kerja yang sudah ada source code. Lalu cari komentar yang terdapat  /* OpenGL animation code goes here */ untuk membuat line(garis) kemudian masukan coding line(garis) pada baris selanjutnya.

berikut adalah contoh dari input dan output dari Garis Vertical, Horizontal dan Diagonal :

1. Garis Vertical



2. Garis Horizontal

3. Garis Diagonal


Sebelum di run program di compile terlebih dahulu dengan menekan f9 dan save, selanjutnya run menggunakan f10

pada case ini yang diubah ialah kordinat titit yang terletak di glvertex3f

Wednesday, October 7, 2015

Penggunaan EYD

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Pada kamus besar bahasa Indonesia kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan satuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan. Sedangkan efektif memiliki arti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya). Dapat membawa hasil (tentang usaha, tindakan). Dilihat dari pengertian kedua kalimat tersebut jadi dapat kita tarik kesimpulan kalimat efektif adalah suatu kata atau sekelompok kata yang dapat mengutarakan suatu pikiran atau perasaan , memiliki efek (akibat) dan juga dalam susunannya harus tepat dan benar.

PENGERTIAN EYD

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

A. Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata

• Penggunaan Huruf Kapital

  1. Jabatan tidak diikuti nama orang
  2. Huruf pertama nama bangsa
  3. Nama geografi sebagai nama jenis
  4. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
  5. Penulisan kata depan dan kata sambung

• Penulisan Huruf Miring

  1. Penulisan nama buku, contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
  2. Penulisan penegasan ka0ta dan penulisan bahasa asing, contoh: boat modeling, aeromodeling, motorsport.
  3. Penulisan kata ilmiah, contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

• Penulisan Kata Turunan

  1. Gabungan kata dapat awalan akhiran : Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai
  2. Gabungan kata dalam kombinasi : Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai

• Penulisan Gabungan Kata

  1. Penulisan gabungan kata istilah khusus : Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah khusus.
  2. Penulisan gabungan kata serangkai : Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis serangkai.

B. Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka

• PENULISAN PARTIKEL

  1. Penulisan partikel pun : Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya.
  2. Penulisan partikel per : Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

• PENULISAN SINGKATAN

  1. Penulisan singkatan umum tiga huruf
  2. Penulisan singkatan mata uang

• PENULISAN AKRONIM

  1. Akronim nama diri : Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
  2. Akronim bukan nama diri : Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

• PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka yaitu :

  1. Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
  2. Angka digunakan untuk menyatakan :


  • i. ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
  • ii. satuan waktu,
  • iii. nilai uang, dan
  • iv. kuanitas.

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

• PENULISAN LAMBANG BILANGAN

  1. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata : Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
  2. Penulisan lambang bilangan awal kalimat : Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
  3. Penulisan lambang bilangan utuh : Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
  4. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
  5. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

C. Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Titik (. )


  • Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
  • Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
  • Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

2. Tanda Koma ( , )

  • Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
  • Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapidan melainkan.

3. Tanda Titik Koma (; )

  • Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian¬bagian kalimat yang sejenis dan setara, Contoh : "Malam makin larut; kami belum selesai juga".
  • Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung, Contoh : "Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar".

4. Tanda Titik Dua ( : )

  • Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
  • Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

5. Tanda Hubung ( – )

  • Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
  • Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
  • Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

6. Tanda Pisah ( – )

  • Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
  • Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

7. Tanda Elipsis ( … )

  • Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
  • Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan, Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

8. Tanda Tanya ( ? )

  • Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya
  • Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

9. Tanda Seru (!)

  • Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

10. Tanda Kurung (   )

  • Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
  • Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
  • Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
  • Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
  • Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

11. Tanda Petik (“… “)

  • Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
  • Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.

12. Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )

  • Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
  • Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)

13. Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)

  • Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.

14. Tanda Garis Miring ( / )

  • Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
  • Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.

15. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )

  • Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.


D. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Source :