ILMU SOSIAL BUDAYA
Nama : Firman
Fajar Kurniawan
NPM : 3113514
Kelas : 1KA28
Materi : Manusia
dan Cinta Kasih
UNIVERSITA GUNADARMA
PTA 2013/2014
A.
MANUSIA DAN CINTA KASIH
1.
Cinta
Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan
perasaan yang didukung oleh unsur karsa ,dipertimbangkan oleh akal yang
menimbulkan suatu tanggung jawab ,yang perwujudan nya dapat berupa tingkah
laku. Cinta kasi yang disertai dengan tanggung jawab dapat menciptakan keserasian,
keseimbangan, dan kedamaian antara kehidupan manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.
Prilaku cinta kasih dapat muncul
dalam bentuk : kemesraan, belas kasihan, kasih sayang atau pengabdian. Cinta
kasih tidak dapat diartikan sebagai hubungan asamara yang biasanya diwarnai
oleh nafsu, tetapi cinta kasih haruslah dilihat sebagai ikatan hati nurani yang
suci terhadap sesuatu secara bertanggung jawab. Cinta kasih adalah anugrah
Tuhan, karena cinta kasih akan memperhalus rasa, memperhalus budi, dan
memperhalus tindakan. Karena rasa cinta kasih bukan dimunculkan oleh nafsu,
maka ia bersifat sakral. Cerminan dari manusia yang telah memiliki cinta kasih
adalah rasa sayang atas sesama manusia, rasa sayang atas makhluk-makhluk
ciptaan Allah, dan rasa patuh atas semua perintah Allah dan menjauhi larangan
nya
2. Cinta Kasih antara Manusia dengan Tuhan
Manusia adalah ” home religious” atau makhluk yang yang ber-Tuhan.
Dengan demikian kecintaan manusia terhadap Tuhan sebenarnya adalah “ hakekat
cintanya terhadap dirinya sendiri “. Dengan mencintai terhadap Tuhan, maka
manusia akan berbuat sesuai dengan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi
larangan-larangan-Nya. Dengan harapan agar dirinya mendapatkan keidupan yang
baik di dunia dan kebaikan di akhirat.
Kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang baka atau kehidupan yana kekal,
sedangkan kehidupan di dunia hanya bersifat sementara ,dengan demikian manusia
harus lebih memusatkan perhatiannya kepada kehidupan yang kekal dengan baik.
Sebaik-baik bekal untuk mempersiapka diri pada kehidupan yang kekal adalah ”
taqwa”. Dengan menjauhi larangan nya dan mengikuti segala perintah nya berarti
mencintai Tuhan. Dan dengan mencintai Tuhan berarti mencintai dirinya, karena
ia akan mendapatkan 2 kebaikan hidup sekaligus, yakni kebaikan hidup di dunia
dan kebaikan hidup di akhirat atau ” fi dunya hasanah dan fil akhirati hasanah
” .
Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu merasa
dirinya dilindungi oleh Tuhan dalam segala sesuatu selain kekuasaan Tuhan.
Dengan demikian akan selalu berani karena benar dan takut karena salah.
Kepercayaan setiap manusia terhadap Tuhan-Nya tidaklah sama, tergantung pada
prkembangan pemikiran dan peradapan manusia tersebut
3. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah perasaan
sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Apabila suatu
hubungan cinta diakhiri dengan sebuah pernikahan maka hal ini akan menimbulkan
perasaan yang lebih dewasa lagi dan juga menuntut agar suatu hubungan tersebut
lebih bertanggung jawab, perasaan inilah yang disebut dengan kasih sayang.
Berbicara soal mengenai kasih sayang tentu tak lepas dari cinta. Oleh karenanya
antara kasih sayang, cinta dan kemesraan tak bisa pisah-pisahkan meskipun semua
beda penegertian, sebab semuanya saling mengaitkan. Cinta adalah sebuah
perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling
mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian. Cinta tidak
dapat dipaksakan, cinta juga datang secara tiba-tiba. Cinta memang sangat
menyenangkan, tapi kepedihan yang ditinggalkannya kadang berlangsung lebih lama
dari cinta itu sendiri. Antara cinta dan benci batasnya amat sangat tipis, tapi
dengan cinta dunia yang kita jalani serasa lebih indah, harum dan bermakna.
Cinta pun merupakan perasaan seseorang kepada lawan jenisnya, karena
ketertarikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya (misalnya
sifat, wajah dan lain-lain). Dengan cinta kita bias berbagi suka maupun duka
dengan pasangan kita. Namun dalam menjalin hubungan kita harus saling
melengkapi satu sama lain dan menerima pasangan kita apa adanya. Selain itu
pula, kemesraan tak bisa terpisahkan dari kedua hal diatas.
4. Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar
mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab.kemesraan ialah hubungan yang
akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah
berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya
merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam. Filusuf Rusia dalam bukunya
makna kasih mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis
secara serius, ia terlempar keluar dari cinta diri, Ia mulai hidup untuk orang
lain” Pernyataan ini dijabarkan secara
indah oleh William Shakespeare dalam kisah “Romeo dan Juliet”, bila di
Indonesia kisah ”Roro Mendut dan Prono Citro”
Yose Ortage Y. Gasset dalam novelnya “On Love” mengatakan, dikedalam
sanubarinya seorang pencinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya.
Persatuan bersifat kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh
eksistensinya. Selanjutnya Yose mengatakan, bahwa si pencinta tidaklah
kehilangan pribadinya dalam aliran enersi cinta tersebut. Malahan pribadinya
akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu bagi
seseorang untuk mengenal dirinya sendiri
5. Pemujaan
Pada garis besarnya pengertian
pemujaan mencakup dua aspek, yaitu antara yang memuja dan yang dipuja.
Dalam hal puja memuja, dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian yakni:
a. Puja
memuja antar sesama manusia
Pada hematnya manusia memuja
manusia lainnya disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain pemujaan yang
berkaitan dengan perasaan jatuh cinta hingga menyebabkan terjadi perubahan
sikap, perilaku, tutur kata, dan hal-hal yang menimbulkan perubahan itu
sebagaimana layaknya jatuh cinta.
Di sisi lain, ungkapan perasaan
jatuh cinta biasanya terlontar melalui pengabdian pada pahatan, patung, ukiran
puisi, lagu-lagu, salam sayang via radam dan berbagai bentuk pernyataan tentang
jatuh cinta yang semuanya terhimpun di dalam lingkup pemujaan. Bahkan dengan
kata pemujaan, Adolf Hitler harus bersedia meneguk racun bersama sang pujaan Eva
Braun menjelang akhir perang dunia II.
Hal demikian nampak pada bidang
ideologi dan politik misalnya; antara lain fanatisme rakyat
Jepang terhadap Teno Haika (pasca
perang dunia II). Musollini dengan
fasisme yang sangat dipuja oleh sebagian rakyat italia, Nazizme dengan Adolf
Hitler sebagai gembongnya sangat dipuja oleh para pengikutnya.
Di bidang seni, pemujaan terhadap
seorang seniman pun tak kalah pentingnya. Karena fanatisnya pengagum John Lenon
(lagunya Imagine of the people’s), maka tak segan-segan sipemuja harus menembak
mati penyanyi tersebut. Elvis Preisley sangat di kagumi dan di puja-puja oleh
para pengikutnya. Walaupun telah lama meninggal, namun rasa pemujaan terhadap
dirinya tetap hidup melalui lagu-lagunya yang pernah populer.
Di bidang kepemimpinan dan
pemerintahan, tengoklah negara Libya dengan Muammar (revolusi Iran) menjatuhkan
kepemimpinan Reza Pahlevi, Mao Tse Tung di RRC (berbaur dengan faham komunis),
Ho Chin Min di Vietnam, Fideal Castro di Cuba. Kesemuanya inilah
keunggulan-keunggulan tipe kharismatik dalam kepemimpinan dan pemerintahan, baik
yang lebih di dominasi oleh faham, ideologi, serta aliran juga yang dilandasi
oleh keyakinan dalam kefanitikan yang dogmatis.
b. Manusia memuja alam
Manusia memuja alam mengandung dua
hal di dalamnya: pertama alam dipuja oleh manusia dengan maksud agar alam
bersikap ramah dan bersahabat. Alam ditempatkan sebagai suatu bagian dengan
diri manusia. Alam yang memiliki dua kekuatan kesejaga dan (siang dan malam)
juga memiliki empat potensi alamiah (tanah, air, api, dan angin) eksistensinya
dijabarkan kedalam satu metafora simbolis yang terwakilkan di dalam diri
manusia.
Agar alam dapat bersahabat, maka
diperlakukan pemujaan oleh manusia melalui perbuatan ritual. Kadar ritualnya
senantiasa di tentukan oleh kesempurnaan dalam satu cara pemujaan, lengkap
dengan peralatan yang berfungsi sebagai simbol. Setiap simbol selalu mewakili
berbagai aspek dari aktifitas tingkah laku manusia.
Dalam hal pemujaan terhadap alam,
tidak hanya terbatas pada kalangan
masyarakat sederhana, akan tetapi mencakup seluruh kelompok manusia.
Semboyan “back to nature” (kembali ke alam bebas) merupakan suatu pernyataan
kalangan masyarakat modern yang berusaha agar selalu bersahabat dengan alam.
Walaupun semboyan tersebut tidak langsung sebagai suatu pemujaan kepada alam,
namun dari segi pengagumannya sekelompok dari masyarakat modern itu beralih
kembali memilih hidup di gua-gua layaknya seperti manusia purba.
Walaupun demikian alam tak pernah
mengingkari janji setelah ditaklukkan, dikurasi, dikuasai, digarap
habis-habisan. Alam beraksi menjatuhkan sanksi dengan berbagai bentuk (banjir,
gunung meletus, tanah longsor, gempa) dan tinggalah manusia meratapi nasibnya.
Lahirlah ciptaan berupa hymne-hymne didengarkan dalam tema antara pemujaan dan
penyesalan silih berganti, namun alam tetap berjaya di dalam kesejagadannya.
c. Manusia memuja benda
Pada hakekatnya benda (materi)
sangat di butuhkan dalam kehidupan manusia, sepanjang benda itu bukan merupakan
tujuan akhir. Pemujaan manusia terhadap benda secara berlebihan pasti akan
mengundang kamelut. Karena benda beralih fungsi dari peranannya sebagai alat
perpaduan hidup berubah menjadi sesuatu yang dipuja dan dipertuhan selama masih
mampu untuk mengakumulirnya.
Daya pengakumulasi benda yang
dipuja dan dipertuan sehingga melampaui batas nilai harga diri dan keyakinan
niscaya akan melahirkan konsepsi yang bermuara pada:
a. Hilangnya
martabat dan hak azasi akibat penilaian terhadap manusia lainnya tidak lebih
dari seperangkat organ jasad yang dapat saja di campurkan bila tak berguna.
b. Munculnya
perlakuan-perlakuan bercorak eksploitasi dan penindasan terhadap sesama dengan
landasannya tujuh menghalalkan segala cara. Dalam hal ini sosok sesama manusia
di anggap sebagai kelompok human yang sewaktu-waktu tak berfungsi dapat di
binasakan.
c. Dalam
konteks sosialisasi interaksi sosial akan tumbuh kecemburuan dan pertentangan
kelas, persaingan pemutusan hubungan relasi-relasi sosial, ketersaingan
kecurigaan yang pada gilirannya berakhir dengan konflik.
Hal-hal yang disebutkan diatas
hanya menyebutkan sebagian dari reaksi yang timbul akibat sangat berlebihannya
pemujaan terhadap benda. Terjerumuslah manusia ke dalam kehidupan materialistik
yang membentuk suatu faham yang disebut materialisme.
Dari pengertian tentang
materialisme (bukan pendapat sang guru besar tersebut) jelaslah terdapat
pertentangan yang sangat prinsipil. Dalam hal ini keberadaan segala sesuatu
termasuk manusia semuanya adalah materi, kejasmanian. Apa yang disebut rohani,
perasaan, kasih sayang, timbang rasa, harga diri, keyakinan, agama, dan
sebagainya oleh penganut, materialisme di anggap tidak ada. Yang ada hanyalah
materi atau benda.
Jika demikian halnya maka manusia
berada pada ambang kehancuran, kehilangan identitas diri, dan berakhir dengan
tidak punya arti apa-apa. Yang tertinggal hanyalah cara-cara pemuja benda,
penganut materialisme yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia, tak
segan-segan dan tak punya peri kemanusiaan menghancurkan lawan-lawannya.
d. Manusia memuja dewa
Hal ini mtermasuk dalam lingkup
keyakinan berkepercayaan (khususnya agama-agama samawi). Namun demikian
keyakinan berkepercayaan seperti itu tak perlu diganggu gugat, bahkan
sebaliknya harus di hargai karena keyakinan berkepercyaan sebagaimana di maksud
adalah milik orang lain.
Dikalangan masyarakat India
pemujaan terhadap dewa dikaitkan dengan sistem kasta, sehingga menyebabkan
timbulnya strata sosial yang terbagi-bagi dalam penggolongan. Untuk itu, perlu
dipahami penggolongan kelompok masyarakat di India berdasarkan sistem kasta,
berbeda dengan sistem kelas-kelas dalam masyarakat ciptaan Karl Marx.
Penggolongan yang dimaksud lebih
di tekankan pada keyakinan penganut terhadap salah satu dari tingkatan dewa
yang terpilih untuk diyakini (brahmana, wisnu, siwa, waisa dan sudra).
Terbagi-bagilah masyarakat dalam kelompok yang menempatkannya pada posisi
sesuai tingkatan kedewaan untuk dipuja. Masing-masing tingkat kedewaan memiliki
ciri tersendiri sehingga mempengaruhi tatanan kehidupan pada lingkup strata
sosisal dalam hubungan kekerabatan.
Beberapa kelompok masyarakat
tertentu diluar India, pemujaan terhadap dewa-dewa selalu di hubungkan atau
berhubungan dengan dunia roh. Walaupun antara dewa dan roh kedua-duanya adalah
abstrak, namun kepercayaan meyakini keberdaannya tak dapat di pungkiri. Dalam
konteks pemujaan, dewa-dewa dipuja sekaligus di tempatkan pada posisi sebagai
sumber ajaran-ajaran hidup untuk selanjutnya di terima dan diyakini dalam
bentuk agama.
Dunia roh dipuja lengkap dengan
sesajen, mantra-mantra, persembahan berskala ritualitas, untuk selanjutnya
dipadukan dalam kehidupan dan diyakini sebagai religi (kepercayaan). Dalam
perjalanan hidup manusia, pemujaan terhadap dewa-dewa dan dunia roh merupakan
serangkaian tata perilaku yang berpola. Hal demikian dimaksudkan sebagai
perwujudan dari sistem pengaturan dalam cara teknis pemujaan yang di kontrol
oleh nilai di dalam norma-norma tertentu khusus berkaitan dengan hal tersebut.
Itulah sebabnya terdapat perbedaan antara tata
perikaku yang dikondisikan dengan cara dan tekhnis pemujaan terhadap dewa-dewa
dan dunia roh, dibanding dengan aktifitas tingkah laku sehari-hari.
e. Manusia memuja Tuhan Yang Maha Esa
Pemujaan manusia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa pelaksanaannya berbeda-beda sesuai dengan agama yang diyakini
oleh setiap kelompok masyarakat. Dikalangan masyarakat yang beragama islam
khususnya, pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diatur berdasarkan dengan
syariat yang bersumber dari Al-Qur’an dan diperjelas teknis serta cara
pelaksanaannya melalui hadits Rasulullah. Bahkan dengan kekhususan pemujaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dan semata-mata untuk dipuji hanya
Allah.
Dalam hal pemujaan manusia kepada
tuhan yang Maha Esa, pada hematnya mengalami pasang surut. Hal ini dibuktikan
oleh kebiasaan manusia yakni dia mengalami kesusahan baru memuja Tuhan.
Sebaiknya, bila dalam kesenangan, Tuhan dilupakan untuk dipuja. Menelusuri jauh
tentangg pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ditempulah berbagai
cara yang menghasilkan lahirnya sekte-sekte. Setiap sekte mempunyai aturannya
tersendiri dan biasanya membentuk organisasi keagamaan. Sesuai dengan program
yang digariskan oleh masing-masing sekte.
Sebagai suatu fenomena bersifat
sosio-religius pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa selalu berkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan. Baik menyangkut keselamatan, kebahagiaan,
kesehatan, dijauhkan dari segala bencana, kemakmuran, mampun yang berkenaan
dengan rejeki, perluasan usaha, jodoh, ketentraman hidup, termasuk mendapatkan
anak pelanjut keturunan, dan sebagainya.
Refleksi dari pemujaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan tuntutan yang dihajatkan seperti disebutkan
perwujudannya dalam berbagai bentuk ritus keagamaan. Bentuk-bentuk ritus yang
beranekaragam itu berfungsi sebagai wahana dalam menyampaikan segala yang
dinginkan melalui pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian pemujaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dikalangan masyarakat muslim adalah melalui ibadah wajib
maupun sunat. Selain itu, semua ibadah wajib maupun sunat bukan merupakan
perbuatan ritual. Misalnya, kegiatan ibadah seperti shalat, shiam (puasa),
zakat, haji/qurban. Seringkali terjadi kekeliruan yang menganggap bahwa
kegiatan-kegiatan ibadah tersebut dapat diartikan sebagai perbuatan ritual.
Untuk itu, perlu dijelaskan tentang perbuatan ritual yang dilakukan oleh semua
kelompok masyarakat.
Kata “ritual” berasal dari “ritus,
rite” yang artinya secara umum, yaitu upacara peralihan, dilengkapi dengan
beragam peralatan upacara (ceremonial equipment), sesajen, mantera-mantera dan
sebagainya. Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa di dalam syariat Islam
pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ( dalam hal ini adalah Allah ) melalui
ibadah-ibadah baik yang diwajibkan maupun yang sunat, tidak ada hubungannya
dengan perbuatan ritual atau jelasnya adalah dengan contoh yang sederhana saja,
apakah mungkin ibadah shalat dilaksanakan, dilengkapi dengan sesajen dan
mantera-mantera ?
6. Belas Kasih
Dahulu saya pernah mendengar
banyak orang bijak yang mengatakan belas kasih adalah suatu sikap hati yang
sangat mulia, adalah suatu manifestasi dari kecerdasan. Namun, dalam
pengejarannya terhadap nama dan materi keuntungan yang berada di dunia, manusia
seringkali tidak bisa menghayati dan memahami makna yang sebenarnya dari belas
kasih.
Di dalam kehidupan nyata, jika
kita tidak bisa mengubah konsep mementingkan diri sendiri yang terbentuk sejak
lahir ini, sudah pasti kita tidak akan bisa memperlakukan orang lain dengan
belas kasih. Setelah benar-benar masuk dalam jalan kultivasi, saya baru
berangsur-angsur memahami makna belas kasih.
Seberapa besar kelapangan dada
seseorang, seberapa besar pula energi yang bisa dia dapatkan. Jika seseorang selalu
memiliki hati belas kasih, maka kelapangan dada yang dia miliki juga bisa
berlimpah-limpah bagaikan alam semesta, dia akan memiliki energi teramat besar
hingga mampu menaklukkan segala-galanya.
Ketika seorang kultivator
benar-benar bisa melepaskan hidup dan mati, yang terkandung di dalam hati
kultivator tersebut adalah belas kasih yang kekal abadi. Berbeda dengan cara
kejahatan mengatasi kejahatan di dunia, yang tidak efektif membasmi kejahatan
sampai pada akarnya.
Seorang yang berbelas kasih, akan bermurah
hati dan mengalah saat menerima serangan dari pihak lawan, akan membalas
sindiran dan olokan orang dengan senyuman, akan dengan besar hati memaafkan
kesalahan dan kesalah pahaman orang lain. Ia tidak tergesa-gesa dan
tenang-tenang saja, menahan penghinaan tanpa berargumen, pikirannya penuh
keprihatinan dan rasa kasihan atas penderitaan yang dialami oleh makhluk hidup,
bersikap hambar dan tidak gentar, semua itu adalah sikap hati dari sang sadar
yang kekal abadi.
Belas kasih memperlakukan
seseorang tidak membutuhkan ucapan kata-kata yang terlalu banyak, tersenyum
simpul saja sudah bisa meneruskan pikiran baik belas kasih ini kepada orang
lain. Belas kasih merupakan suatu energi yang nyata, dia bisa melumerkan es dan
salju yang berada di dalam hati manusia.
Menghadapi konflik antar manusia
atau sekat diantara para kultivator, tidak peduli mereka berusaha dengan cara
manusia yang manapun untuk menghilangkan, tidak akan mendapatkan cara
penyelesaian secara tuntas, hal ini disebabkan oleh karena cara manusia itu
kekurangan energi
Tetapi kekuatan dari belas kasih
bisa menguraikan segala permusuhan, sehingga membuat segala perputaran sebab
dan akibat yang berada didunia ini mendapatkan penyelesaian baik. Pancaran
sinar belas kasih melebihi beribu-ribu kata, ia bisa membuat dendam dan sekatan
yang berada di antara hati manusia dengan sekejab hilang tanpa berbekas.
Bila menyayangi seluruh makhluk
hidup serta memberikan kebahagiaan kepada mereka, disebut dengan kasih.
Merasakan penderitaan dan prihatin kepada mereka serta mencabut dan
menghilangkan penderitaan mereka dan menyelamatkan roh jiwa seseorang agar
tidak sampai menjadi bejat merupakan belas kasih yang paling besar bagi makhluk
hidup.
Belas kasih merupakan suatu taraf
kondisi bila seseorang bisa melepaskan keakuan sama sekali dan senantiasa
berpikir demi orang lain. Hal ini juga merupakan pikiran baik yang murni dari
seorang kultivator yang timbul setelah dia bisa melepaskan hasrat keinginan dari kasih secara tuntas. Kekuatan
dari pancaran sinar belas kasih itu tiada tara, sinar itu bisa melumerkan
segala materi tidak hanya yang berada di dunia, tetapi juga menerangi segala
sudut penjuru di alam semesta.
Belas kasih bisa menggugah pikiran
baik yang tersimpan dalam hati paling dalam setiap makhluk hidup. Seorang
kultivator walaupun jasadnya terjerumus di dalam kesengsaraan, belas kasih juga
bisa dengan sekejab menjadi senjata yang paling ampuh, menumpas kejahatan,
menyelamatkan jiwa yang masih tersisa akar kebaikannya.
Dengan menaruh hati belas kasih,
dengan pikiran dan perilaku lurus, pasti akan tak terkalahkan.
7. Cinta kasih erotis
Cinta kasih erotis apabila ia
benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian, yaitu bahwa seseorang
sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnyam
dan menerima pribadi orang lain (wanita ataupun pria) dengan jiwanya yang
sedalam-dalamanya. Pada gakaekatnya, semua makhluk manusia itu identik, kita
semuabta merupalan bagian dari satu, karena demikian halnya, maka sebenarnya
tak usahlah kita ambil pusing siapa yang kita cintai dan kita kasihi. Cinta
kasih pada hakekatnya merupakan suatu perbuatan kemauan. Suatu kepututsan untuk
mengikat kehidupan dengan kehidupan seseorang lain. Hal ini mermanglah
merupakan dasar gagasan bagawa suatu pernikahan tradisional, yang kedia
memepelaiunya tidak pernah memilih jodohnya sendiri, tetapi telah didpilihkan
untuknya orang lain. Yang diharapkan ialah bahwa mereka akan saling mencinta
dan mengasihi. Dalam kebudayaan barat zaman sekarang, gagasan itu ternyata
tidak dapaat diterima sama sekali, cinta kasih dianggap sebagaihasil suatu
reaksi emosional dan spontak. Seolah-olah kita dengan tiba0tiba tercekam oleh
oerasaaan yang tidak dapat dielakkan. Menurut padangan ini, orrang hanya
memperhatikan ciri-ciri kedua individu yang bersangkutan dan mengabaikan fakta
bahwa semua lelaki merupakan bagian dari adam dan semua wanita bagian dari
hawa,. Ada pula orang yang memandang bahwa penting didalam cinta kasih erotis
itu adalah keinginan
Dengan demikian, baik padanagnan
bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan
bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari perbuatan kemauan, kedua-duanya
benar atau lebih tepatnya jika dikatakan
bahwa tidak terdapat pada yang satu, juga tidak pada yang lain. Loleh karena
itu, gagasan bahwa hubungan pernukahana mudah saja dapat diputuskan apabila
orang tidak bersukses didalamnya. Merupakan gagasan yang sama sekali keliru
dengan gagasan bahwa hubungan semacam itum didalam keadaan bagaimanapunm tidak
boleh diputuskan
Contoh : Pemujaan
1. Sebagai
pernyataan cinta yang sangat mendalam kepada sang pujaan yang telah meninggal,
maka diabadikan rasa kecintaan kepada istrinya dengan mendirikan Taj Mahal di
India termasuk salah satu dari tujuh keabadian dunia. Konon kabarnya bangunan
Taj Mahal dihiasi dengan ± 100.000 butir berlian.
2. Kisah
romeo dan juliet juga merupakan bagian dari refleksi cinta yang berjuang pada
pemujaan. Pemujaan yang berkaitan dengan idola, dikagumi, dipuja-puja,
diagung-agungkan, menjadikan seseorang harus mempertaruhkan segala sesuatu demi
yang dipuja.